Dalam cuaca badai pasir aku terus melangkahkan kakiku menuju tempat perlindungan. Cuaca seperti ini tidaklah berarti banyak buatku, tapi terkadang aku tidak ingin menyusahkan diriku dengan menerobos badai pasir ini. Aku lebih memilih untuk beristirahat sambil minum segelas minuman hangat. Pandanganku agak terganggu karena badai pasir ini, tapi untunglah saat aku melihat jauh ke selatan terlihat siluet cerobong asap. Itu pasti cerobong asap dari sebuah rumah.
Aku harap itu adalah sebuah penginapan
Harapanku terkabul, terlihat sebuah papan tua yang tulisannya sudah pudar, tapi aku masih bisa membacanya dengan baik
PENGINAPAN DESERT EAGLE
Hmm papan tua ini kurasa tidak akan bertahan lama lagi kalau diterjang badai pasir seperti ini
Aku tidak sembarang mengeluarkan pendapat, itu sebuah pantangan bagiku. Aku selalu bicara fakta… derit suara yang ditimbulkan sudah menunjukan kalau sambungan papan itu sudah sangat rapuh.
Brak !!
Papan itu terjatuh setelah beberapa langkah aku melewatinya, tidak mengherankan sebenarnya. Sudah kukatakan akku selalu bicara fakta.
Aku berdiri didepan pintu penginapan. Penginapan ini cukup besar juga terdiri dari 2 lantai, ukurannya mungkin sekitar 20 x 20 meter. Sebuah cerobong asap yang besar mengepulkan asap, cahaya berwarna kuning, dan suara yang cukup ramai.
Penginapan ini cukup ramai ternyata. Walaupun di tengah daratan gersang seperti ini. Tapi tidak mengherankan sebenarnya kalau cuaca seperti ini menghambat perjalanan
Kriett
Alunan musik country dari sebuah music box mengalir. Cukup membuat suasana lebih meriah. Aku langsung berjalan ke counter minuman dimana tampak seorang pria gemuk dan pelayannya sedang melayani para tamu. Penginapan dan bar minum, sebuah tempat yang wajar di daerah barat ini.
“ Selamat datang tuan, apa tuan mau menginap? Tuan sungguh beruntung masih ada 1 kamar yang tersisa, atau tuan hanya mau numpang minum? Sekedar menunggu badai pasir ini reda? Ya walaupun aku sangsi badai ini akan mereda dalam waktu satu hari. “ Sambut pria gemuk itu
“ Kurasa aku akan menginap . “
“ Baiklah , Calista siapkan kamar buat tuan ini “
Pelayan itu bernama Calista, seorang wanita dengan paras cantik, rambut pendek, dengan pakaian ala maid.
“ Tuan mau langsung ke kamar? Mari saya antarkan “ Tanyanya
“ Nanti dulu, aku ingin minum, Bartender pesan sebuah minuman hangat “
“ Segera !”
Pelayan bernama Calista itu meninggalkanku, dan naik keatas, kurasa ia mau merapikan kamarku terlebih dahulu. Aku langsung duduk di counter setelah melepas mantelku yang besar, sebuah mantel kulit berwarna coklat yang daritadi menutupi diriku. Seketika itu semua pandangan mengarah pada diriku. Aku yakin itu karena sebuah pistol besar yang yang tergantung di pinggangku. Pistol itu ukurannya jauh lebih besar dari pistol revolver biasanya, ukurannya hampir 2 kalinya. Pistol itu adalah cirikhasku, pasti mereka langsung sadar siapa diriku. Aku bukanlah superstar, bandit, sherrif ataupun orang baik yang selalu menolong orang kesusahan. Aku hanyalah seorang pengembara yang selalu menjadi right man in the wrong place. Intinya aku selalu berada ditempat terjadinya suatu kasus atau pertempuran. Entah feromon seperti apa yang kupunya sehingga selalu menarik bahaya.
Lebih baik aku tetap memakai mantel tadi
“ Silakan minumannya tuan.. Ahh revolver yang besar sekali… jangan – jangan tuan adalah…. “
Brak !!
“ C H O C O “ Seorang pria berbadan besar , wajah bulat dan botak berbicara
“ Nilai buronanmu di pemerintah $50000, dan kamu juga jadi incaran Outlaw Guild dengan nilai sebesar $ 100.000 intinya kepalamu itu bernilai $150.000”
Outlaw guild adalah guild para penjahat, ya semacam sarang bandit.
Klik
Pria besar itu tanpa basa basi lebih lanjut lagi langsung mengarahkan senjatanya kearahku, sebuah dual pistol revolver. Ukurannya terlalu kecil untuk pria sebesar dia. Tentu aku tidak diam begitu saja menanti peluru bersarang di kepalaku. Aku tidak akan berada disini kalau bisa ditembak serangan dari depan seperti ini.
Brakk !
Kulempar kursi yang ada disebelahku, walaupun kursi itu sedang ada yang menempati, jadi kulempar sekalian sama orangnya
“ UAHhh “
Mungkin tindakanku yang selalu bertindak spontan inilah yang menyebabkan kepalaku bernilai tinggi.
Dor ! Dor !
Pria besar itu cukup terlatih juga, walaupun di hantam kursi dan orang sekaligus dia masih sempat menembakan kedua pistolnya, ya walaupun sudah tentu pelurunya tidak mengenaiku. Suasana Bar langsung berubah , orang – orang yang tadinya asik menikmati minum dan mendengarkan musik langsung bersembunyi dibalik meja mereka. Aku melompat salot ke belakang terus ikut bersembunyi dibalik sebuah meja. Bukan aku sendiri yang bersembunyi dibalik meja itu, ada 2 orang pemuda lain
“ eeee Ja..jangan libatkan kami “ mohonnya
Aku tahu jelas sekali maksudnya.
“ Tenanglah.. “
DOR DOR ….
Pria besar itu terus menembak ke arah meja ini, kedua pemuda itu meringkuk ketakutan. Aku hanya menghela napas, sambil mencabut pistol besarku dari sarungnya
“ Ayo Keluar CHOCO, Apa hanya segini kemampuan buronan $150.000 “
KLIk Klik
Ah untunglah pistolnya kehabisan peluru, dengna begini aku tidak perlu lagi bersem…
Drerrt det det det
Meja bergetar, walau aku tidak melihat aku tahu itu suara dari sebuah senapan mesin.
Sial dia ternyata punya senjata lain
“Ayo keluar CHOCO “
Langkahnya semakin mendekat, sambil terus menembakan senjatanya. Apa dia tidak sayang peluru? Cepat atau lambat meja ini juga pasti hancur, aku tidak boleh hanya diam disini.
“ Kelu…”
Ini dia saatnya. Aku langsung melompat keluar ke samping dan mengarahkan pistolku ke tangannya.
DOR !
“ Uahhh “
Tangan kanan pria besar itu hancur tertembus peluruku. Kini dia pasti tidak bisa lagi memegang senjata, terdengar aku kejam bukan? Tapi yakinlah aku hanya membela diri. Dan lilhatkan aku tidak membunuhnya?
“ Arghhh sialan kau “ Pria itu menoleh kanan – kiri, entah apa yang dia cari
“ Pergilah, aku tidak ingin membunuhmu “
“ Grrr jangan merasa kamu sudah menang Choco “ Pria itu langsung berlari menuju ke pelayan perempuan yang bersembunyi dibalik tangga. Hanya dia yang terlihat oleh pria besar itu. Pria besar itu menggunakan pistol kecil dengna tangan kirinya.
Sebenarnya dia punya berapa banyak senjata sih?
“ Kyaa tolong.. “ jerit pelayan wanita itu… namanya Calista kalau tidak salah.
“ Menyerahlah Choco, atau.. “
“ Atau apa? Ingat aku buronan di pemerintah juga, artinya aku telah membunuh banyak penduduk sipil “ Kataku tajam
“ Egh “
Pria besar itu memakan bulat – bulat tipuanku. Dia jadi ragu, dan ingin kabur. Tentu saja aku tidak membunuh penduduk sipil … paling tidak aku tidak berniat membunuh penduduk sipil. Hanya saja disatu waktu mereka selalu berada di tengah ledakan yang kubuat. Aku berjalan pelan mendekati. Pria besar itu tampak sekali gemetaran, keringatnya bercucuran, ditambah darah yang mengalir di tangan kanannya yang hancur. Kuarahkan pistol revolverku.
“ Ka..kau ti…dak peduli cewek ini?”
Aku diam
“ Ehehe dia akan aku bunuh “
Aku diam
“ Cepat mundur”
Aku diam
“ Aku tidak akan sungkan menembak cewek ini “
Aku diam
“ Peringatan terakhir Choco”
“ Lakukan saja “
Wajah pria besar itu langsung berubah menjadi biru karena kini aku sudah berdiri tepat di depannya hanya berjarak pistol besarku. Lututnya gemetar
“ BANG !!”
Pria besar itu langsung terjatuh pingsan, celananya basah.
Cih badan besar kok masih kencing dicelana
Calista , perempuan pelayan itu juga terduduk lemas, mungkin ia mengira bakal akan mati juga. Aku melihat kerusakan yang dibuat pria besar itu. Beberapa tempat bolong dan mulai kemasukanbadai pasir, beberapa meja hancur karena tembakan asal pria itu, terutama meja yang kugunakan untuk berlindung. Kukeluarkan uang dari saku celanaku
“ Ini untuk perbaikan, dan minumku “
Aku memutuskan untuk segera pergi sebelum orang lain datang untuk memburuku. Aku berlajan ke counter minuman mengambil mantelku, kemudian langsung keluar dari penginapan itu. Badai pasir masih berlanjut, walaupun sudah agak mereda. Aku memutuskan untuk terus melangkahkan kakiku ke arah selatan… ya selatan.
“ TUNGGU !!!”
Aku kaget, ternyata pelayan wanita bernama Calista itu mengejarku.
Hmm pasti dia ingin berterima kasih dan memintaku tinggal karena ada badai pasir ini.
“ Maaf nona, aku tidak ingin…”
“ Uangmu ini tidak cukup untuk membayar ganti rugi kerusakan penginapan kami. Uangmu hanya $500, sedang ongkos perbaikan dinding, dan meja yang rusak mencapai $1500. Sekarang ayo bayar? Sisanya” tagihnya
“ Eh “
“ Apa Eh? Tidak ada uang? Jangan kira habis adu tembak bisa pergi seenaknya ya.”
“ uangku sudah habis”
“ Habis? Kalau begitu kamu harus bayar ganti rugi dengan bekerja”
“ Apa? Kerja? “
“ Iya kamu harus jadi pelayan di penginapan ayahku”
Dia langsung menarikku kembali ke penginapan, aku hanya terdiam mengikuti tarikannya. Ya aku Choco seorang burnonan yang dikejar pemerintah maupun bandit sekarang dipaksa kerja menjadi pelayan untuk membayar ongkos kerusakan yang sebenarnya bukan perbuatanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar